iklan klik

Rabu, 26 Januari 2011

HYPERBILIRUBINEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPERBILIRUBINEMIA

A. Pengertian

Hyperbilirubinemia adalah peningkatan serum bilirubin dalam darah yang ditandai dengan icterus pada kulit, sclera, mukosa dan cairan tubuh (Cindy Smith, 1990).
B. Macam-macam Icterus
Icterus Fisiologis adalah icterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketigaserta tidak mempunyai dasar patologik dan tidak mempunyai dasar potensi untukmenjadi kernicterus.

Icterus disebb\ut fisiologik bila :
a.Timbul pada hari kedua dan ketiga
b.Kadar bilirubin indirect tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulandan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan.
c.Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari.
d.Kadar bilirubin direct tidak melebihi 5 mg% per hari.
e.Kadar bilirubin direct tidak melebihi 1 mg%.
f.Icterus menghilang pada 10 hari pertama.
Icterus Patologik :
Icterus disebut patologik bila :
a.Terjadi dalam 24 jam hari pertama.
b.Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
c.Icterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
d.Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
e.Punya hubungan dengan proses hemolitik.
Breast feeding Assosiated Joundice
Breast Milk Joundice (Wong;1995).
C. Etilogi Hyperbilirubinemia
Produksi bilirubin yang berlebihan, misal : hemolisis yang meningkat padainkompatibilitas darah RH, ABO, golongan darah lain.
Gangguan fungsi hepar, misalnya imaturitas hepar pada bayi prematur, terjadinyainfeksi hepar, tidak terjadinya enzim glukoronil transfferase (sindrom Cringgler-Majjar).
Gangguan transportasi misalnya hipoalbuminemia pada bayi premature.
Gangguan ekskresi bilirubin atau obstruksi.
E.Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian Meliputi :
a.Biodata : untuk mengetahui identitas bayi dan orangtua, sehingga dapat mempermudah dalam memberikan informasi. Tanggal lahir bayi perlu dikaji untuk menentukan bayi lahir aterm atau premature sehingga memperkuat diagnosa icterus fisiologis atau patologis.
b.Riwayat kehamilan dan persalinan, meliputi
Riwayat prenatal :
1.)Usia kehamilan , dapat diketahui usia bayi termasuk aterm atau premature.Pada bayi lahir kurang dari 37 minggu (premature) lebih sering terjadi hiperbilirubin karena kadar albumin dalam darah yang rendah (IKA, FKUI,1985).
2.)Penggunaan obat selama hamil , terutama obat seperti salisilat, sulfafurazole, maka beresiko besar terjadi gangguan transportasi bilirubin.
3.)Penyakit yang pernah diderita selama hamil , terutama yang berkaitan dengan gangguan fungsi hepar .
4.)Kebiasaan ibu selama hamil, nutrisi ibu yang kurang dapat menyebabkan partus prematurus dan nutrisi lebih mengakibatkan preeklamsi.Kebiasaan merokok, mengkonsumsi bahan narkotik, minum alkohol dapat menyebabkan premature (Kapita Selekta ,1994)
Riwayat natal :
Cara pertolongan pertama dalam penjepitan tali pusat yang terlambat sehingga darah itu banyak mengalir ke janin lewatpusat dan akan mengakibatkan terjadinya policitemia yang akan meningkatkan produksi bilirubin (IKA I, FKUI, 1990).
Riwayat post natal :
Dehidrasi pada bayi akan meningkatkan kadar bilirubin serum yang mungkin disebabkan bayi dengan reflek hisap yang menurun .Perawatan byi dengan penggunaan obat – obatan seperti oksitosin, bahan pembersih fenol dapat pula mengakibatkan hiperbilirubinemia (FKUI, 1990).
c.Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji adalah dimana ada faktor-faktor yang meurun atau pembawaan orang tua misalnya, penyakit diabetes melitus pada saat kelahiran menyebabkan hiperglikemi pada bayi, sehingga meningkatnya viskositas darah menghambat konjugasi indirect dalam hepar.
d.Riwayat psikososial
Terjadinya hiperbilirubinemia pada bayi menyebabkan orang tua mengalami perubahan psikologis berupa kecemasan, sedih, kurang pengetahuan tentang perawatan, pengobatan serta komplikasi yang akan timbul (Cindy Smith,1988).
e.Pemeriksaan fisik.
e.Keadaan yang dapat kita temukan pada bayi hiperbilirubinemia, yaitu
1.)Keadaan umum : tubuh tampak kuning , bayi tampak lemah , reflek menghisap dan menelan lemah, sensitif terhadap rangsangan dan tangisan merengek.Suhu tubuh tidak stabil , frekwensi pernapasan menurun, nadi relatif cepat dan tekanan darah menurun.
2.)Kepala dan rambut: rambut kemerahan dan penyebaran masih jarang menandakan kelahiran premature.Hematom menunjukkan trauma persalinan.Pada mata ditemukan sklera tampak icterus, mata cowong, mukosa bibir kering, ubun-ubun cekung, releks menghisap lemah dan lehe kaku (Doenges,1994).
3.)Abdomen: peristaltik meningkat, tali pusat harus dirawat dengan baik untuk mencegah infeksi.
4.)Genetalia: ditemukan warna kemerahan pada kulit daerah anus karena iritasi dari bilirubin dan enzim-enzim yang dikeluarkan feces.
5.)Neurologi: reflek moro menurun, tidak ada kejang pada tahap kritis.
6.)Muskuloskeletal: ada tanda kern ikterus seperti spasme, kejang-kejang, kedutan pada wajah dan ekstremitas, tangan mengepal,extensi dan endotorasi (IKA, 1990).
7.)Integumen: warna kuning seluruh tubuh , lanugo pada wajah, telinga, pelipis, dahi, punggung adalah indikasi bayi premature, kehangatan kulit kurang , jaringan subkutan tipis dan keriput.
f.Pemeriksaan penunjang
1.)Pemeriksaan bilirubin (direct dan indirect)
2.)Pemeriksaan darah lengkap; Hb<, Ht > pada policitemia, anemia berlebihan.
3.)Pemeriksaan golongan darah bayi dan ibu untuk mengidentifikasi inkompabilitas ABO (Doenges,1994)
4.)Protein serum total, kadar (< 0,3 g/dt) menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama pada bayi praterm. 5.)Pemeriksaan retikulosit: peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi SDM dalam respon terhadap hemolisis yang berkenaan dengan penyakit Rh. g.Penatalaksanaan. g.Prinsip penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia (IKA, FKUI, 1985) adalah : 1.)Mempercepat proses konjugasi dengan pemberian fenobarbital. 2.)Memberi substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi dengan memberi albumin dan plasma. 3.)Fototerapi untuk mengubah bilirubin indirect menjadi bilirubin direct merupakan senyawa yang larut dalam air sehingga mudah diekskresi. 3.)Transfusi tukar untuk membuang bilirubin dalam darah dan mengganti dengan darah baru. Diagnosa Keperawatan a.Resiko tinggi injury (ssp: kern ikterus) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin. b.Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan , fototerapi, diarhoe. c.Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan premature, fototerapi. d.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan joundice dan diarhoe. e.Resiko injury pada mata dan genetalia berhubungan dengan fototerapi. f.Perubahan psiklogis (cemas) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang joundice, penatalaksanaan dan perawatan. g.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipo/hiperventilasi selama transfusi tukar. Rencana Asuhan Keperawatan. a.Dignosa : Resti injury(kern ikterus) b/d peningkatan serum bilirubin. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan serum bilirubin indirect kembali normal. Kriteria Standar : Kadar bilirubin dibawah 12 mg% pada bayi aterm dan kurang 15 mg% pada bayi premature, reflek bayi baik, sklera tidak icterus, tidak terjadi kejang, kedutan tidak ada. Intervensi : ü Identifikasi faktor predisposisi terjadinya hiperbilirubinemia. R : kondisi klinis tertentu dapat menyebabkan pembalikan barier darah otak sehingga meningkatkan resiko terhadap keterlibatan ssp. ü Observasi warna kulit dan sklera mata klien , catat bila ada peningkatan ikterus. R : mendeteksi dini terjadinya kern ikterus ü Observasi warna dari feces dan urine. R : warna yang berubah menadakan peningkatan bilirubin. ü Pertahankan bayi tetap hangat dan kering R : stressor dingin berpotensi melepaskan asam lemak yang bersaing pada sisi ikatan pada albumin, sehingga meningkatkan kadar bilirubinyang bersirkulasi dengan bebas. ü Observasi perubahan perilaku (letargi, hipotonia, hipertonisitas, bayi tidak mau minum , respiratori distres,dll) R : deteksi dini adanya kern ikterus sehingga diperlukan intervensi. ü Kolaborasi foto terapi dan transfusi tukar jika ada indikasi R : fototerapi untuk merubah bentuk senyawa yang larut dalam lemak ke senyawa yang larut dalam air sehingga mudah dieksresi, sedangkan transfusi tukar untuk membuang biliburin dalam darah dan mengganti dengan yang baru b. Diagnosa : Kurang volume cairan tubuh b/d tidak adekuatnya intake cairan , fototerapi, diarhoe. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan tindakan keperawatan klien mendapatkan hidrasi yang adekuat Kriteria Standar : Trugor kulit kembali kurang dari 1 detik, mukosa bibir cekung, bab C 4 x / hari, intake dan output seimbang Intervensi : ü Kaji tingkat dehidrasi R : mengetahui cairan yang dibutuhkan ü Monitor tanda-tanda dehidrasi R : mengetahui tindakan yan akan dilakukan selanjutnya ü Berikan asi / pasi sesuai program R : memenuhi hidrasi dengan intake yang adekuat ü Observasi frekwensi, konsistensi dan warna feces R : perubahan dari frekwensi, konsistensi feces, klien mengalami diarhoe sehingga perlu ditindak lanjuti c. Diagnosa : Perubahan suhu tubuh b/d premature, fototerapi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal Kriteria Standar : Suhu tubuh normal (36 – 37 º c) Intervensi : ü Ciptakan suhu lingkungan yang netral R : pengaruh suhu lingkungan sangat besar terhadap kestabilan suhu tubuh bayi ü Pertahankan bayi tetap hangat dan kering R : kestabilan suhu tubuh klien dapat memberikan kenyamanan bagi klien ü Observasi tanda-tanda vital secara teratur dapat mendeteksi bila terjadi kelainan. R : pengukuran tanda-tanda vital secar teratur dapat mendeteksi bila terjadi kelainan. d. Diagnosa : Kerusakan itegritas kulit b/d joundice dan diarhoe. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan Kriteria Standar : Keadaan kulit kering, bersih anus tidak kemerahan, icterus pada tubuh berkurang. Intervensi ü Observasi warna dan keadaan kulit tiap 8 jam / bila diperlukan R : dapat mengetahui secara dini bila terjadi kelainan ü Ubah posisi setiap 2 jam dengan terlentang / tengkurap, monitor keadaan kulit dan lakukan massage R : mengurangi daerah tertekan ü Perhatikan warna dan frekwensi defekasi R : defekasi encer, sering serta kehijauan serta urine kehijauan menandakan keefektifan fototerapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin ü Jaga kebersihan dan kekeringan tubuh klien R : agar kulit tidak teriritasi oleh bilirubin dan enzim yang dikeluarkan oleh feces ü Berikan perawatan area perianal setelah defekasi R : mencegah iritasi dari defekasi yang sering dan encer ü Pelihara kebersihan kulit bayi, seka setiap hari, ganti popok dan pakain setiap saat jika diperlukan R :kulit tetap bersih dan kering dapat mencegah iritasi kulit e. Diagnosa : Resiko injury pada mata dan genetalia b/d fototerapi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak ada tanda-tanda penurunan sensori visual, tak ada trauma genetalia Kriteria Standar : Reflek mata / pupil ada bila pelindung mata dibuka, adanya respon dengan sentuhan, sensori visual baik, genetalia tidak atropi, eliminasi urin lancar Intervensi : ü Tempatkan bayi pada 18 – 20 inchi dari sumber cahaya. R : merupakan jarak yang tepat untuk keuntungan maksimal ü Berikan penutup mata yang tidak tembus cahaya R : mencegah kemungkinan kerusakan retina dan kongjungttiva dari sinar intensitas tinggi ü Inspeksi mata setiap 2 jam bila penutup mata dibuka R : memberikan rangsang terhadap klien sehingga tidak terjadi penurunan persepsi ü Pantau posisi penutup mata R : pemasangan tidak tepat / pergeseran dapat menyebabkan iritasi, abrasi, kornea, konjungtiutis ü Beri tutup pada testis dan penis bayi R : mencegah kerusakan testis dari panas ü Beri rangsangan kata-kata atau sentuhan klien secara halusselama perawatan R : memberikan respon pada bayi tentang kepekaan terhadap rangsangan. f. Diagnosa : Perubahan psikologis (cemas) b/d kurang pengetahuan keluarga tentang joundice penatalaksanaan dan perawatan. Tujuan : Setelah diberi penjelasan keluarga mengerti tentang penyakit, perawat, pengobatan dan kecemasan berkurang Kriteria Standar : Keluarga mampu menjelaskan tengang penyakit, pengobatann dan perawatan, serta komplikasi yang mungkin timbul, keluarga mengerti pentingnya perawatan dan kecemasan berkurang Intervensi ü Jelaskan pada orang tua tentang penyakit, penyebab komplikasi perawatan dan pengobatan R : menambah pengetahuan keluarga sehingga berpartisipasi terhadap tindakan keperawatan ü Anjurkan keluarga mengunjungi klien R : keterlibatan orang tua sangat penting dan untuk mengetahui keadaan bayi secara langsung ü Diskusi dengan keluarga penatalaksanaan klien bila di rumah R : pemahaman orang tua membantu mengembangkan kerjasama mereka bila bayi dipulangkan ü Anjurkan pada orang tua untuk membantu mengembangkan kerja sama mereka bila bayi dipulangkan R : mengetahui / mengenali tanda-tanda peningkatan biliburin untuk evaluasi medis secara tepat g. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan b/d hipo/hiperventilasi selama transfusi tukar. Tujuan : Pelaksanaan tranfusi tukar berhasil dan komplikasi tidak terjadi Kriteria standar : Joundice berkurang atau hilang kadar serum bilirubin kurang 12 mg/dl pada bayi atern dan kurang 15 mg / dl pada bayi pretern Intervensi ü Perisapkan alat-alat untuk mengukur suhu nadi respirasi dan alat resusitasi R : menyiapkan alat-alat untuk mengukur suhu nadi respirasi dan alat resusitasi ü Cek tipe dan golongan darah sesuai protokol R : mempersiapkan sebelum dilakukan transfusi tukar ü Jamin kesegaran darah (tidak < 2 hari) R : darah yang lama lebih mungkin mengalami hemolisis, karenanya meningkatkan kadar biliburin ü Berikan pencucian saline pada tali pusat R : pencucian perlu untuk melunakkan tali pusat dan vena umbilikus sebelum transfusi ü Pantau tekanan vena, nadi, warna dan frekwensi pernapasan sebelum, selama dan sesudah transfusi R : mengidentifikasi potensial kondisi tidak stabil ü Observasi kejadian selama trnasfusi pencatatan jumlah darah yang diambil dan diinjeksikan R : mencegah kesalahan dalam penggantian cairan ü Monitor kadar bilirubin setelah prosedure kemudian 4 – 6 jam R : kadar biliburin bisa menurun sampai setengah setelah dilakukan tindakan dan dapat meningkatkan setelah dan perlu pengulangan transfusi 4.Pelaksanaan Prinsip-prinsip dalam mengatasi klien dengan hiperbilirubinemia antara lain : menghilangkan penyebab, misal pemberian albumin untuk mengikat bilirubin bebas pencegahan peningkatan kadar bilirubin meningkatkan kerja enzim dengan pemberian phenobarbital melakukan fototerapi dan transfusi tukar 5.Evaluasi Kriteria evaluasi yang diharapkan dari diagnosa yang muncul pada klien hiperbilirubineia : a.serum bilirubin indirect kembali normal : kadar bilirubin dibawah 12 mg % pada bayi aterm dan 15 mg % pada bayi prematore b.kebutuhan cairan terpenuhi c.suhu tubuh normal (36 – 37 º c) d.kebutuhan kulit dapat dipertahankan e.tidak ada tanda penurunan sensori visual dan tidak terjadi trauma pada genetalia f.keluarga mengerti tentang penyakit perawatan dan pengobatan g.pelaksanaan transfusi tukar berhasil dan komplikasi tidak terjadi by:abdulholic

Tidak ada komentar:

Posting Komentar